Awal tahun 2013 ini, saya akan menulis
tentang mimpi dan cita-cita yang belum terwujud di tahun yang lalu.
Beberapa jam yang lalu kita menikmati
pergantian malam tahun baru yang dilakukan di setiap negara dengan
masing-masing cara perayaannya. Yang identik dengan perayaan malam tahun baru
adalah terompet dan kembang api, sepertinya kedua hal tersebut sudah menjadi
budaya dalam menyambut malam tahun baru. Di negara kita, Indonesia, pergantian
malam tahun baru disambut dengan suka cita dengan suara-suara terompet dan
kemeriahan pesta kembang api. Tempat yang dijadikan tujuan banyak orang ketika
malam pergantian tahun baru adalah objek wisata, seperti yang paling banyak
dikunjungi, yaitu Ancol, Taman Mini Indonesia Indah dan Bunderan HI.
Malam tahun baru dimaknai banyak orang
sebagai malam yang tepat di mana setiap orang meluangkan waktu untuk merenung
dan mengingat-ingat kembali apa yang sudah dikerjakan pada hari-hari yang lalu.
Ada yang melakukannya seorang diri, tetapi ada juga yang melakukannya
bersama-sama dengan seluruh anggota keluarga. Mengevaluasi diri dan menilai apa
yang akan diperbaiki dan ditingkatkan. Mungkin di hari-hari yang lalu,
kehidupan kita terasa berat untuk dilalui. Ada peristiwa buruk yang kita alami,
ada kejadian yang membuat kita takut dan trauma, ada pertengkaran yang membuat
hati kita terluka dan sebagainya. Tapi ternyata kita dimampukan untuk
menghadapi dan melewati semua peristiwa itu. Dan kita menyakini bahwa itu semua
terjadi karena Allah yang turut bekerja dalam segala hal dalam kehidupan kita.
Terlalu banyak hal-hal yang terjadi di
2011-2012, tapi saya percaya bahwa semua yang terjadi, jatuh dan bangun adalah
suatu proses untuk mencapai titik keberhasilan. Hidup berhasil bukan berarti
harus seratus persen keinginan dan kepuasan kita terpenuhi, tapi impian dan
target-target yg diciptakan mendekati dan bisa tercoret satu persatu, dan
itulah yang harus ada dalam diri untuk membuat Resolusi juara dalam
hidup. Keinginan dan impian yang kita gapai dalam hidup ini haruslah dituangkan
dalam tulisan, karena saya yakin Tuhan akan menjawab semua apa yang kita tulis.
Saya mempunyai agenda yang saya tulis sejak tahun pertama memasuki kuliah di
tahun 2007. Didalamnya berisi tentang: 1. apa yang saya
kerjakan setiap hari, 2. Target dan kegiatan yang dilakukan
dalam setiap minggu, 3. Kegiatan yang dilakukan tiap bulan, 4.
Impian tolol saya, 5. Apa
yang akan saya lakukan tiap tahun, 5tahun yang akan datang, bahkan 10 tahun
yang akan datang, sampai dengan umur saya 60tahun. Semua itu lengkap di dalam buku
hijau yang sekarang sudah usang.
Contoh ilustrasi sebuah perjalanan hidup
kita:
“Suatu
kali saat hujan rintik-rintik turun, saya dan sahabat pergi menggunakan
kendaraan roda empat. Sahabat saya berkata :"Coba perhatikan titik-titik
air yang jatuh di kaca mobil itu. Sebagian tetap menempel, yang lain meluncur
ke bawah. Mengapa titik air yang menempel itu tidak berusaha untuk meluncur ya?
Padahal ada banyak hal yang akan dia dapatkan agar bisa tetap meluncur." Saya
memperhatikan titik-titik air itu dan merenungkan apa yang sahabat saya
katakan. Hmm.. Betul juga. Titik-titik air itu ibarat kita dan perjalanan hidup
kita. Ada beberapa orang memutuskan untuk "tinggal dan menempel di
kaca mobil", entah karena takut, kecewa, ragu-ragu atau alasan lain
mereka enggan beranjak. Mereka lebih nyaman untuk berada dan tinggal di
kondisinya sekarang, enggan bergerak, merasa sudah dalam kondisi baik atau
tidak bersemangat lagi menjalani hari-hari ke depan. Tetapi sebagian lagi
seperti titik air yang berani untuk "meluncur sampai bawah". Berjuang menghadapi tantangan dan
hambatan, terus maju sambil belajar banyak hal, memperoleh dukungan dari orang
lain sehingga semakin optimis dan semangat menjalani apa yang ada di depan
mata.”
Banyak orang menganggap bahwa momen
matahari terbit adalah saat paling indah dalam suatu hari. Ada semacam daya
magis yang mengundang ketenangan dan rasa kagum atas keindahan ciptaan Sang
Khalik. Makanya, banyak juga orang yang berbondong-bondong datang ke suatu tempat
seperti ke pantai atau gunung hanya untuk melihat atau mengabadikan momen
tersebut. Tepat ketika matahari mulai mengintip di balik cakrawala. Tak banyak
omong, semua orang sepertinya sibuk dengan dirinya masing-masing untuk
membidikkan kameranya, mengabadikan momen matahari terbit yang tak setiap hari
dapat dinikmati di Jakarta. Menurut saya, matahari yang terbit lembut dari ufuk
timur menjadi penanda bahwa kehidupan baru saja dimulai.
"...pagi merekah..."
"...sebingkai jendela melukiskan pemandangan sebuah taman..."
"...sebaris embun sekilau warna secercah mentari..."
"...semua tersimpul dalam senyummu..."
"...menandai dimulainya kehidupan indah hari ini..."
"...sebingkai jendela melukiskan pemandangan sebuah taman..."
"...sebaris embun sekilau warna secercah mentari..."
"...semua tersimpul dalam senyummu..."
"...menandai dimulainya kehidupan indah hari ini..."
Thanks, My Dear...
-a-nay-